ISTRIKU MUTIARAKU,
SUAMIKU SYURGAKU
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Mutiara 1
Hushain bin Muhshan menuturkan bahwa bibinya pernah datang kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk suatu keperluan. Setelah
selesai dari keperluannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bertanya kepadanya "Apakah engkau bersuami?" Ia menjawab "Ya",
"Bagaimana engkau bersuami ? Ia menjawab "Aku berusaha sekuat tenaga
untuk melayaninya dan mentaatinya, kecuali dalam hal-hal yang aku tidak
sanggup. "Beliau berkomentar," "Perhatikan baik-baik sikapmu kepadanya
karena sesungguhnya ia adalah Syurga dan Nerakamu." (HR. Hakim)
Mutiara 2
Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu dan berpuasa
di bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya dan menjaga kemaluannya,
niscaya akan dikatakan kepadanya, masuklah kamu ke dalam syurga dari
pintu mana saja yang kamu kehendaki. (HR. Ahmad)
Mutiara 3
Ada tiga golongan yang shalatnya tidak diterima dan kebaikannya tidak
diangkat ke langit: Pertama, hamba sahaya yang kabur dari majikannya
sampai ia kembali dan meminta maaf kepada majikannya. Kedua, seorang
istri yang dimurkai suaminya sampai suaminya meridhainya dan ketiga
seorang pemabuk sampai ia sadar. (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban).
Mutiara memang indah, mahal dan tidak semua wanita mampu memilikinya.
Begitu pula dengan mutiara ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di
atas, tidak semua wanita memahami, menghayati, apalagi
mengaplikasikannya dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Arus globalisasi sekarang ini telah menyerbu kaum muslimin dalam dan
membentuk paradigma mereka segala hal, termasuk gaya hidup dalam berumah
tangga. Saat ini untuk menjadi istri yang setia dan konsisten untuk
mengaplikasikan mutiara ajaran Rasullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
ternyata tidak popular. Sehingga sebagian wanita beranggapan, sudah
bukan zamannya lagi memperlakukan suami sebagai junjungan yang harus
ditaati, atau istri harus senantiasa meminta izin terlebih dahulu kepada
suami untuk melakukan apa yang mau dilakukannya.
Di sisi lain, bukan hal aneh jika sekarang ini kita banyak mendengar
rumah tangga muslim mengalami guncangan, keretakan bahkan perceraian.
Tentu saja semua orang tidak menginginkan semua ini terjadi pada rumah
tangga mereka. Terdapat sejumlah cara untuk mencegahnya yaitu suami
istri harus melakukan evaluasi perjalanan rumah tangganya secara
berkala, terutama evaluasi tentang orientasi menikah dan membangun rumah
tangga. Misalnya, apa sesungguhnya tujuan saya menikah? Apa yang saya
harapkan dari pernikahan ini? Model rumah tangga apa yang akan saya
bangun? Dan jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dijadikan renungan
dan penguat dalam menghadapi gelombang dalam rumah tangga. Kemudian
setelah itu berusaha memantapkan hati untuk menjalankan rumah tangga
dengan mengedepankan ridha dan qona'ah (menerima dan puas dengan
pemberian Allah Subahana Wa Ta'ala).
Sebagai seorang muslimah sudah sepatutnya kita ridha atas ketentuan
Allah Subhana Wa Ta'ala, dan perlu disadari bahwa ridha atas
kepemimpinan suami dalam rumah tangga itu, konsekuensinya adalah taat.
Artinya ketaatan seorang istri pada suaminya, pada hakikatnya merupakan
satu bentuk ketaatannya kepada ketentuan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dalam
konteks ketaatan ini tentunya suami berada di jalan yang benar. Untuk
melaksanakannya tidak semudah yang dibayangkan, karena ketaatan istri
pada suami tidak bisa disesuaikan dengan keinginan kita, misalnya, 'Saya
akan taat pada abang dalam hal-hal yang sesuai dengan keinginan saya,
tapi kalau tidak, kita masing-masing saja ya bang?'
Mungkin tidak akan menjadi masalah jika keinginan atau perintah suami
selaras dengan keinginan kita, tapi kalau tidak diperlukan kelapangan
dada, keikhlasan dan pengorbanan untuk dapat mentaati dan melaksanakan
perintahnya. Harus kita sadari bahwa kita suami istri mempunyai latar
belakang yang berbeda, jadi tidak semuanya harus serba cocok dan klop,
ketika memasuki gerbang pernikahan. Oleh karena itu di sinilah
pentingnya untuk saling mengenal antara suami dan istri.
Ganjaran ketaatan seorang istri pada suaminya disetarakan dengan
ganjaran jihadnya kaum laki-laki, sebagaimana disebutkan dalam hadist
Asma bin Yazid yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. Sekalipun demikian
Islam menganjurkan para suami untuk melazimkan musyawarah pada istrinya
dalam berbagai persoalan. (QS Al-Baqarah: 233), memperlakukan istri
dengan baik sebagai indikator utama akhlak seorang laki-laki. Begitulah
Islam tidak menjadikan ketaatan seorang istri sebagai peluang bagi suami
untuk menjadi diktator dalam rumah tangganya. Jadi tunggu apalagi, mari
taati suami kita dan miliki mutiara-mutiara yang nyaris hilang itu.
Sifat-sifat Istri Shaleh
1]. Penuh kasih sayang, selalu kembali kepada suaminya dan mencari
maafnya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Maukah aku beritahukan kepada kalian, istri-istri kalian yang menjadi
penghuni surga yaitu istri yang penuh kasih sayang, banyak anak, selalu
kembali kepada suaminya. Di mana jika suaminya marah, dia mendatangi
suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata:
“Aku tak dapat tidur sebelum engkau ridha.” (HR. An-Nasai dalam Isyratun
Nisa no. 257 ).
2]. Melayani suaminya (berkhidmat kepada suami) seperti menyiapkan makan
minumnya, tempat tidur, pakaian, dan yang semacamnya.
3]. Menjaga rahasia-rahasia suami, lebih-lebih yang berkenaan dengan
hubungan intim antara dia dan suaminya.
Asma’ bintu Yazid radhiallahu 'anha menceritakan dia pernah berada di
sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kaum lelaki
dan wanita sedang duduk. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya:
“Barangkali ada seorang suami yang menceritakan apa yang diperbuatnya
dengan istrinya (saat berhubungan intim), dan barangkali ada seorang
istri yang mengabarkan apa yang diperbuatnya bersama suaminya?” Maka
mereka semua diam tidak ada yang menjawab. Aku (Asma) pun menjawab:
“Demi Allah! Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka (para istri)
benar-benar melakukannya, demikian pula mereka (para suami).”
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Jangan lagi kalian lakukan, karena yang demikian itu seperti syaithan
jantan yang bertemu dengan syaitan betina di jalan, kemudian digaulinya
sementara manusia menontonnya.” (HR. Ahmad).
4]. Selalu berpenampilan yang bagus dan menarik di hadapan suaminya
sehingga bila suaminya memandang akan menyenangkannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan
seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan
menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya dan bila ia pergi si
istri ini akan menjaga dirinya”. (HR. Abu Dawud no. 1417. Asy-Syaikh
Muqbil rahimahullah berkata dalam Al-Jami’ush Shahih 3/57: “Hadits ini
shahih di atas syarat Muslim.”)
5]. Ketika suaminya sedang berada di rumah (tidak bepergian/ safar), ia
tidak menyibukkan dirinya dengan melakukan ibadah sunnah yang dapat
menghalangi suaminya untuk istimta‘ (bernikmat-nikmat) dengannya seperti
puasa, terkecuali bila suaminya mengizinkan.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak halal bagi seorang istri berpuasa (sunnah) sementara suaminya ada
(tidak sedang bepergian) kecuali dengan izinnya”. (HR. Al-Bukhari no.
5195 dan Muslim no. 1026)
6]. Pandai mensyukuri pemberian dan kebaikan suami, tidak melupakan
kebaikannya, karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
bersabda:
“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan
penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada
beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka
mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya.
Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di
antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu
(yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah
melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Al-Bukhari no. 29 dan Muslim
no. 907)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda:
“Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur
kepada suaminya padahal dia membutuhkannya.” (HR. An-Nasai dalam
Isyratun Nisa. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 289)
7]. Bersegera memenuhi ajakan suami untuk memenuhi hasratnya, tidak
menolaknya tanpa alasan yang syar‘i, dan tidak menjauhi tempat tidur
suaminya, karena ia tahu dan takut terhadap berita Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami
memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan)
melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha
padanya.” (HR. Muslim no.1436)
“Apabila seorang istri bermalam dalam keadaan meninggalkan tempat tidur
suaminya, niscaya para malaikat melaknatnya sampai ia kembali (ke
suaminya).” (HR. Al-Bukhari no. 5194 dan Muslim no. 1436).
~::*Laksana Bidadari dalam Hati Suami (Penuh Cinta Kasih)*::~
•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
السلام عليكم ورحمة الله و بركاته
Penuh Cinta dan Kasih
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya
umurnya.” (Qs. Al-Waqi’ah: 36-37)
Ibnul A’rabi berkata, “Al-’Urubu min An-Nisaa’i” ( العرب من النساء)
maksudnya wanita yang patuh kepada suaminya dan memperlihatkan cintanya
kepadanya.”
Tentang penafsiran ‘urub (عرب ) para ahli tafsir menyebutkan bahwa
wanita-wanita tersebut sangat mencintai suaminya, sayang dan manja
kepada suami, membuat suami cinta kepadanya, membuat nafsu syahwat
suaminya bergelora kepadanya dan membuat suami berdandan karenanya.
Bukhari dalam Shahihnya berkata, ” ‘Uruban (عربا ) adalah wanita yang
amat cinta pada suaminya.”
Seorang wanita shalihah cerminan dari pribadi yang penuh kasih dan cinta
pada suaminya. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya untuk mencintai
pria lain…sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
“Istri-istri kalian akan menjadi penghuni surga yang sangat mencintai,
yang jika dia disakiti dan menyakiti maka dia segera datang kepada
suaminya, dia letakkan tangannya di atas telapak tangan suaminya, seraya
berucap, “Saya tidak dapat tidur sampai engkau meridhaiku.” (HR.
Thabrani)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menganjurkan kepada
laki-laki yang akan menikah untuk mencari wanita yang penyayang dan
berbelas kasih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Nikahilah wanita yang penyayang dan berpotensi beranak banyak, karena
aku akan membanggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain di hari
kiamat” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Di antara bentuk cinta dan kasih kepada suami adalah bertutur kata
dengan manis, lembut dan mesra, karena manisnya tutur kata wanita dapat
memikat dan mempesonakan hati lelaki. Apa engkau tidak ingin kata-katamu
laksana tetesan air yang begitu menyejukkan di tengah gurun pasir nan
tandus lagi gersang bagi suamimu? Saudariku…sesungguhnya lelaki
membutuhkan ketenangan dan ketentraman di dalam jiwanya. Dia membutuhkan
terpal yang dapat membuatnya teduh…ke manakah lagi kiranya dia akan
mencari keteduhan hati jika tidak pada dirimu?
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Setiap anggota tubuh manusia
wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku
adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong
seseorang yang berkendaraan lalu engkau bantu dia untuk naik
kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan yang
baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat
adalah sedekah dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Renungkan…perkataan yang baik adalah sedekah, siapakah yang lebih pantas
untuk mendapatkan kebaikan kata-katamu yang memikat jika bukan suami
yang mendampingi hidupmu?!
Mari kita lihat di antara sifat bidadari yang paling baik adalah gaya
bahasa yang memikat saat ia mendekati suaminya, ia menyayangi
sebagaimana ibu yang menyayangi anaknya, ia menggoda suaminya dengan
parasnya yang cantik jelita.
Bersuara Merdu
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
” Sesungguhnya istri-istri penghuni surga bernyanyi untuk suami-suami
mereka dengan suara yang paling bagus yang tidak pernah didengar oleh
seorangpun. Di antara lagu yang mereka nyanyikan ialah ‘Kami adalah
bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik, istri-istri kaum
yang mulia.’ Mereka memandang dengan kegembiraan. Di antara nyanyian
mereka lagi ialah ‘Kami kekal tidak akan pernah mati, kami setia tidak
akan pernah berkhianat, dan kami bermukim tidak kan pernah bepergian.”
(Shahih Al Jami’ Ash-Shaghir)
Sebagaimana manusia tertarik dengan suara yang indah, Allah dengan
kekuasaanNya menjadikan suara yang indah dan menggembirakan sebagai
salah satu kesenangan surga yang tidak akan sirna dan tak ada
habis-habisnya.
Ketika kita melihat pada realita yang ada, tiap manusia dianugrahi warna
suara yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, ada yang
terlahir dengan suaranya yang syahdu, ada pula yang kurang syahdu. Akan
tetapi, pelajaran yang bisa kita petik dari sini yakni, hendaknya kita
berusaha memperelok nada bicara kita di depan suami kita. Meskipun suara
kita hanya bermodal pas-pasan saja.
Saudariku…Mulailah dari sekarang, karena belum terlambat untuk menjadi
laksana bidadari dalam hidup suami. Dengan melihat karakteristik sang
bidadari, seharusnya hal tersebut menjadi cermin akhlak bagi setiap
wanita dunia. Bidadari adalah makhluk yang tercipta mirip dengan
bangsamu, duhai wanita…
Maka dari itu, berusahalah agar engkau bisa meneladani kecantikan
akhlaknya, berlombalah, dan bersegeralah dalam ketaatan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
“Wahai orang yang memanggil dan mencari bidadari, agar dapat bercumbu
dengannya di taman-taman surgawi
Andaikan kau tahu siapa yang kau seru, tentu kau tak kan diam saja
membisu
Andaikan kau tahu di mana dia berada, kau kan berusaha sekuat tenaga
Segeralah dan tapaki jalan menuju ke sana, karena jalan yang kau tempuh
tak lama lagi kan tiba
Bercintalah dan berbicaralah dalam kalbu, persiapkan maskawin selagi kau
mampu untuk itu
Jadikan puasamu sebagai bekal untuk pertemuan, malam pertama adalah
malam yang fitri setelah Ramadhan
Harapkan keindahan dan kecantikannya yang memikat, hampirilah sang
kekasih dan jangan kau terlambat!”
Wahai lelaki dunia…
Cintailah istri shalihah yang tiada sempurna
Dengan cinta yang nyaris sempurna*
Menikahinya akan menghantarkanmu bersanding dengan bidadari di surgaNya
yang sempurna.
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ اَلْوَدُوْدُ
الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا، الَّتِى إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ
حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوقُ
غَضْمًا حَتَّى تَرْضَى
فَلاَ تَفْعَلُوا، فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانِ لَقِيَ
شَيْطَانَةً فِي طَرِيْقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُوْنَ
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ
الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا
أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ
بِإِذْنِهِ
لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لاَ
تَسْتَغْنِي عَنْهُ
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى
فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ
سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا
إِذَا بَاتَتِ الْمَرْأَةُ مُهَاجِرَةً فِرَاشَ زَوْجِهَا لَعَنَتْهَا
الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تَرْجِعَ
فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (36) عُرُبًا أَتْرَابًا (37)
noviyatul islamiyah